Review Buku “Wonderful Life” Hidup adalah perjuangan




Judul Buku: Wonderful Life
Penulis: Amalia Prabowo
Penerbit: POP 
Tahun Terbit: 2015 
Jumlah Halaman: viii + 169 Halaman 
ISBN:978-979-91-0854-8



           Keluarga ialah hal paling berharga dalam hidup. Begitu pula dengan Amalia Prabowo, ia hidup dengan keluarga yang bahagia. Pendidikan merupakan hal terpenting dalam keluarga, hidup dalam keluarga yang disiplin dan tegas, hingga ia pun harus sekolah di swasta karena dianggap swasta adalah sekolah terbaik dan disiplin, beda dengan negeri.

“Sebagai orang tua, Bapak tidak akan mewariskan harta untuk kalian. Yang kuwariskan adalah pendidikan dan pengetahuan yang baik, Bapak yakin dengan bekal itu kalian akan menggegam dunia.”
          Itu ialah wejangan yang selalu diingat Amalia Prabowo.





“KEMALASAN ITU
PENYAKIT
YANG PALING
BERBAHAYA.
JANGAN PERNAH PENYAKIT MALAS
HINGGAP PADA DIRIMU!
IA AKAN MENINDASMU
DUNIAMU AKAN RUNTUH,
MASA DEPANMU AKAN GELAP!”
      




         Namun ketika ia hendak memasuki jenjang yang lebih tinggi, ia lebih memilih masuk SMA Negeri dikarenakan ia ingin mengambil salah satu jurusan di universitas ternama nantinya, dan bertekad bulat untuk mendapatkan jalur pmdk. Bersihkukuh mendapatkannya dan disiplin belajar karena ia hendak membuktikan pada Bapaknya kalau ia bisa meraih yang ia inginkan saat itu.

        Setelah melewati masa- masa SMA yang indah, ia mendapatkan tiket pmdk dan benar saja ia berhasil masuk universitas ternama di Yogyakarta. Namun, setelah ia bersekolah di universitas tersebut, tak lama ia merantau dan pergi ke Jakarta dan telah menikah dengan pujaan hatinya.

       Di Jakarta kota metropolitan ternyata susah mencari pekerjaan, meskipun ia memiliki ijazah S1. Ia hanya diterima sebagai resepsionis disalah satu perusahaan, sebuah pekerjaan yang tidak pas untuk seorang yang berijazah S1. Resepsionis hanyalah setingkat diatas office boy.

      Perjuangannya di Jakarta tak hanya sampai disitu, ia harus menerima kenyataan kalau ia tidak juga memiliki anak. Tapi keluarga suaminya menuntut untuk Amalia segera memiliki anak. Akhirnya ia harus merelakan suaminya pergi darinya dan menikah dengan wanita lain. Sungguh keadaan terpuruk dimana yang ia rasakan saat ini.

     Perjuangan ia tak runtuh hanya dengan cobaannya saat itu, namun ia terus bangkit dan bangkit, hingga ia bisa menyandang sebagai CEO di perusahaan advertising multi nasional. Ia merupakan CEO wanita pertama saat itu. Jabatan yang akhirnya ia banggakan, namun kehidupannya tak lengkap. Banyak ruang hitam yang menghinggap padanya.

    Hari silih berganti dan ia masih sendiri, hingga akhirnya ia menikah dengan lelaki yang ia kenal. Mereka bisa berbagi kasih kisah berdua, kini Amalia memiliki teman berbagi ceritanya dirumah.

    Berbeda kepercayaan membuat ia harus berpisah dengan suaminya, beberapa tahun menikah ia sudah memiliki dua orang anak laki- laki bernama Aqil dan Satria.

    Kepercayaan membuat mereka harus berpisah. Kali ini ia merasa jatuh dalam jurang yang sangat dalam, karena disaat ia sudah bereada dalam kebahagiaan, separuh jiwanya harus pergi begitu saja. Ia hidup bersama dua anaknya.

    Ia yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya, sampai- sampai lupa memperhatikan anak selungnya. Baru saat ada panggilan dari sekolah, bahwa anaknya Aqil memiliki keanehan yaitu sulit untuk membaca, menulis, dan menghitung. Namun ia tak menanggapi itu terlalu jauh. Ia hanya pikir bahwa Aqil hanya malas saja untuk belajar membaca, menulis, dan menghitung.

    Namun setelah ia melihat langsung, ternyata tidak sampai disitu. Ini masalah serius. Ia membawa Aqil ke psikiater. Dan ternayata Aqil mengidap disleksia.

“Dengan berat hati, Bu setelah melalui
berbagai tes dan pemeriksaan, saya
harus menyampaikan bahwa
Aqil suspek disleksia.
Ia mengalami gangguan yang signifikan
Dalam membaca, menulis, dan berhitung.”



       Tak mau menyerah begitu saja, ia berusaha masuk dalam dunia Aqil dan mencoba menerima Aqil dengan ikhlas. Karena Aqil ialah titipan Yang Maha Kuasa yang harus ia rawat dengan baik.

       Ketika ia mulai mencoba masuk dalam dunia Aqil, ia melihat sesuatu yang selalu anaknya buat. Yakni gambar, ya Aqil sering sekali menggambar dalam kertasnya ketika ia disuruh belajar. Dari situ ia bisa mengetahui bakat anaknya.

      Dari situlah ia mulai senang dan tahu kini itulah bakat Aqil yang bisa dikembangkan. Mereka juga sering jalan kea lam terbuka agar Aqil bisa merasakan sejuknya udara diluar. Dan Aqil juga bisa menggambarkan hal- hal yang ia rasakan melalui gambar. Sangat menarik.

     Hingga Aqil dan Ibu nya membuat sebuah pameran kecil dihutan terbuka yang tak jauh dari Jakarta. Tak disangka antusias banyak orang pada Aqil. Beberapa majalah memuat kegiatannya saat itu.

     Bangga dan tak habis disangka bahwa anaknya bisa memiliki bakat yang begitu hebat. Dengan haling rintang akhirnya bisa mengetahui bakat anaknya. Kini Aqil bisa jadi dirinya sendiri melalui seni yang ia goreskan.
     Dari cerita dalam buku ini, perjuangan Mbak Amalia sungguh membuat saya terharu dan bersemangat menjalani hari- hari. Sungguh bangga sekali dengan Aqil yang bisa mengetahui bakat terpendamnya dan mempublishnya pada orang banyak.

    Sungguh haru namun berakhir bahagia kisahnya. Dalam hal ini Aqil menginspirasi banyak orang, suatu kelebihan yang ia punya dengan umurnya yang masih muda.Aqil layaknya malaikat titipan Tuhan yang membuat hari- hari Mbak Amalia menjadi lebih indah dan penuh warna.

    Terimakasih atas kisah yang diterbitkan ini, nyata sekali pesan kehidupan yang didapat dan sangat ditunggu sekali penayangannya dibioskop nanti. Semoga antusias ini menular pada yang lain dan pesannya bisa tersampaikan dengan begitu indahnya.

    Karena haling rintang apapun yang kita lewati pasti aka nada akhir yang bahagia, jika kita tidak malas dan mau bangkit dari kehidupan buruk. Memulai suatu yang baru juga adalah bukti nyata bahwa sesungguhnya masa depan yang cerah itu ada.



Review ini diperuntukkan untuk #WLReadingChallenge.


Mohon maaf bisa ada yang kurang jelas, ini hanya review dan antusias saya pada buku ini.
Semoga bisa menjadikan pembaca juga ingin membaca buku ini dan menginspirasi.

-Salam bahagia dan perjuangan-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel ‘CRUSH’ Karya Veronica Latifiane

[Review Buku] "Sekeping Hati" by Erisca Febriani dan Firrrr

[Review Buku] “A Cup of Tea” Karya Gita Savitri Devi #BacotnyaGitasav